Ujian Tahfidz Akhir Semester Genap dan Faktor Yang Paling Mempengaruhi Kesuksesan Seseorang
Apa faktor yang paling mempengaruhi kesuksesan seseorang?Ternyata bukan bakat, kemampuan sosial, bukan penampilan yg menarik, bukan fisik yg sehat dan kuat dan bukan IQ!
“TAPI TEKAD DAN KEGIGIHAN “
Ia adalah semangat dan ketekunan untuk tetap pada tujuan dan cita2 jangka panjang, bukan hanya gigih selama seminggu, sebulan tetapi selama bertahun-tahun dan bekerja sangat keras untuk mewujudkan cita-cita itu.
Tulisan ini diadaptasi dari presentasi seorang Profesor Psikologi asal Universitas Pennsylvania Amerika Anggela Lee Duckworth. Ia dan tim meneliti anak-anak dan orang dewasa, pada setiap penelitianya pertanyaanya adalah:“Siapa yang berhasil disini dan mengapa?”
Professor Anggela dan tim penelitinya meneliti di Sekolah Militer West Point, mereka berusaha untuk memprediksi calon perwira mana yang akan bertahan di training militer dan mana yg akan keluar (drop out). Mereka juga meneliti Spelling Bee Nasional berusaha memprediksi anak mana yang akan melangkah paling maju dalam kompetisi. Mereka juga bekerjasama dengan perusahaan swasta dan meneliti yang mana dari para sales yg akan bertahan pada pekerjaanya dan yang mana paling banyak menghasilkan uang. Mereka meneliti guru-guru ditempat mengajar yang sulit dan meneliti guru mana yg bertahan dan guru mana yg paling efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Pada semua konteks yg berbeda tersebut salah satu karakteristik yang muncul sebagai faktor yang sangat mempengaruhi kesuksesan seseorang adalah: bukan kemampuan sosial, bukan penampilan yg menarik, bukan fisik yg sehat dan kuat dan bukan IQ tetapi tekad dan kegigihan.
Ketika peneliti mempelajari tentang tekad dan kegigihan di sekolah umum di Chicago, ia memimta ribuan siswa mengisi kuesioner dan menunggu lebih dari setahun untuk melihat siapa yg lulus dan sukses. Ternyata bukan anak yg berasal dari keluarga berada, bukan berasal dari perasaan nyaman di sekolah, atau nilai ujian yg tinggi yang sukses, melainkan anak-anak yg lebih rajin.
Lalu muncul pertanyaan, “Bagaimana membangun tekad dan kegigihan dalam jiwa anak?” Yaitu dengan menumbuhkan mindset tetap bertahan meskipun gagal.
Carol Dweck dari Universitas Standford mengemukakan bahwa “Kemampuan otak bukanlah sesuatu yg tetap, kemampuan otak dapat berubah dan berkembang sesuai dengan tantangan yang diberikan.”
Bertahan ketika mengalami kegagalan karena percaya bahwa kegagalan bukanlah sesuatu yg bersifat permanen. Harus rela gagal, salah dan mengulang sekali lagi dengan mengambil pelajaran dari kegagalan. Kemudian kita perlu mengabil ide/gagasan terbaik kita, intuisi terbaik kita dan mengujinya sudah sejauh apa kita sudah mencapai cita-cita kita.
Pengamatan penulis selama empat tahun mengelola tahfidz di SMP-SMA Tahfidz Al Izzah Samarinda, kemampuan anak bisa berkembang seiring berjalanya waktu, sedari awalnya hanya mampu menghafal 3 baris per hari meningkat menjadi 5 baris, menjadi ½ halaman, menjadi 1 halaman menjadi 2 halaman, menjadi 3 halaman, menjadi 5 halaman, menjadi 7 halaman per hari, Maasyaallah segala puji bagi Allah yang membekali manusia dengan kemampuan otak yang terus bisa berkembang.
Ketika kita mengatakan tidak bakat menghafal Qur’an, otaknya lemah, kemampuanya lemah, fisiknya lemah, maka kita sedang membatasi diri kita, membatasi kemampuan dan otak kita yg padahal menurut penelitian kemampuan otak itu bisa bertambah dan berkembang. Terlebih lagi, kita sedang menyangsikan kekuasaan Allah, sedang berputus asa dari rahmat Allah, yang padahal kekuasaan dan rahmat Allah itu maha luas dan tidak ada batasnya, tergantung bagaimana kita berusaha menggapainya.
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (QS. Al-Qamar: 17). Allah memudahkan Al Qur’an untuk dipelajari, tapi bukan untuk semua orang melainkan bagi orang yang bersungguh-sungguh mau mengambil pelajaran darinya.
“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik” (QS. Al Ankabut: 69). Siapa yang bersungguh-sungguh dan bertekad kuat untuk menghafal Al Qur’an, mempelajari Al Qur’an ikhlas semata-mata karena mengharap Ridho-Nya insyaAllah akan Allah beri jalannya.
Telah terlihat pada siswi di SMP-SMA Tahfidz Al Izzah yg berhasil menyelesaikan hafalan 30 Juz, yang bisa memperbaiki bacaan Al Qur’anya hingga Tartil, yang memiliki hafalan mutqin bukan siswi yang awalnya cerdas tetapi siswi-siswi yang rajin beribadah, rajin menghafal Al Qur’an, tidak menyerah meski salah, tidak berputus asa meski diminta mengulang berkali-kali. Siswi yang dekat dengan Allah dan tidak berputus asa dengan rahmat Allah, merekalah yg Allah beri kekuatan untuk bisa tabah dan sabar mewujudkan cita-citanya menjadi Ahlul Qur’an.
Menumbuhkan mental rela gagal, salah dan mau mengulang berkali-kali adalah usaha yang sedang kami lakukan selama Ujian Tahfidz akhir semester selama bulan Juni ini. Siswi ujian dengan menyetorkan hafalanya 1 juz tanpa salah baru dianggap tuntas, jika masih salah maka harus mengulang lagi dari awal. Terasa berat memang bagi siswi harus sabar mengulang-ulang hafalan, harus rela mundur kembali ketika salah sudah di halaman 18. Juga terasa berat bagi guru karena harus sabar dan telaten mendengarkan dan mengulang berkali-kali, juga harus berbekal ilmu dan pengalaman serta mau cerewet memotivasi siswi yang mulai putus asa mengulang-ulang hafalan Al Qur’an, karena tidak ada cara lain untuk menghafal Al Qur’an selain dengan mengulang-ulangnya. Mengulang-ulang hafalan adalah bukti kesungguh-sungguhan dalam mempelajari Al Qur’an.
Doa yang selalu teriring untuk siswi-siswi SMP-SMA Tahfidz Al Izzah dan para musyrifah, semoga Allah memberi kemudahan, kekuatan, kesabaran, keistiqomahan dan keikhlasan dan mempelajari, mengajarkan dan mengamalkan Al Qur’an.