Membangun Literasi Anak Lewat Peran Orang Tua
Samarinda | Pembangunan karakter menjadi hal krusial yang menentukan kualitas sumber daya
manusia. Pembangunan karakter yang tepat dan menjiwai Pancasila dapat menghasilkan
sumber daya manusia yang mampu berdaya saing secara global.
Sebagaimana dilansir kemenkopmk.go.id, pilar pembangunan manusia dilaksanakan
melalui layanan dasar dan perlindungan sosial, produktivitas, serta pembangunan
karakter. Pilar pembangunan karakter menjadi salah satu fokus utama dan mendasar
yang menentukan kejayaan suatu bangsa. Cara yang harus dilakukan untuk membangun
karakter pada anak ialah melalui pemberdayaan literasi, baik di lingkup keluarga,
pendidikan, maupun masyarakat.
A. Mengapa Literasi Penting?
Setiap tiga tahun sekali Organization for Economic Co-operation and Development
(OECD) mengadakan tes Program for International Student Assessment (PISA) untuk
mengukur kemampuan anak-anak usia 15 tahun pada substansi inti kemampuan
membaca, matematika, dan sains di sekolah. Berdasarkan hasil survei yang dirilis tahun
2019, Indonesia menempati urutan ke-72 dari 78 negara yang berpartisipasi. Dari hasil
diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan rerata siswa Indonesia dalam membaca,
matematika, dan sains termasuk dalam kategori yang masih kurang.
Keikutsertaan Indonesia dalam tes PISA penting karena hasilnya dapat menjadi indikator
yang dapat menunjukkan:
1. Kesiapan siswa-siswa setelah tamat sekolah;
2. Mengidentifikasi bagian-bagian yang perlu ditingkatkan terkait pembelajaran di
sekolah, sistem pendidikan, dan pemerintah; serta
3. Memungkinkan untuk membandingkan prestasi siswa dan lingkungan belajar
antar negara-negara yang berbeda.
Secara global, hasil PISA juga menjadi cerminan bagaimana kualitas sumber daya
manusia suatu negara di masa depan. Maka, untuk mewujudkan masyarakat yang
berkualitas dan berdaya saing tinggi, seseorang harus memiliki kecakapan membaca,
matematika, dan sains. Dapat diartikan kemampuan literasi, numerasi, dan berpikir kritis
sangatlah penting.
Selaras dengan pilar pembangunan karakter, tidaklah salah jika peningkatan literasi
merupakan cara untuk mendukung keberhasilan belajar siswa dan menjadikannya
sebagai sumber daya manusia yang berkualitas di masa depan. Disebutkan sebagai
pihak pertama, keluarga memiliki kontribusi utama untuk mendukung literasi anak,
terutama orang tua. Oleh karena itu, orang tua berperan besar menentukan
perkembangan literasi anak.
B. Pentingnya Peran Orang Tua dalam Perkembangan Literasi Anak
Secara harfiah literasi berasal dari Bahasa Inggris,
yang berarti aksara. Konsep
literasi pada anak dimulai dari rasa keingintahuan. Pada anak konsep literasi merupakan
suatu proses yang sangat dinamis, berlanjut dengan kemampuan berpikir kritis,
berbahasa lisan, dan kemampuan membaca menulis.
Kecakapan literasi memengaruhi perkembangan sosial, kognitif, dan emosional. Dapat
dimengerti di abad ke-21 kemampuan literasi akan sangat dibutuhkan anak.
Mengembangkan kemampuan literasi pada anak sejak usia dini akan sangat bermanfaat
baginya. Dengan membantu mengembangkan literasi anak, kita dapat mendukungnya
dalam meningkatkan kemampuan dasar yang dibutuhkan di jenjang berikutnya juga.
Lebih lanjut ada beberapa manfaat pentingnya mengembangkan literasi pada anak, yaitu:
1. Membantu anak memahami orang lain dan lingkungan sekitarnya;
2. Menumbuhkan minat terhadap keaksaraan;
3. Melatih kemampuan dasar (membaca, menulis, dan berhitung) anak yang
dibutuhkan di jenjang selanjutnya;
4. Mengembangkan kreativitas dan kemampuan anak dalam berpikir logis; serta
5. Meningkatkan kecerdasan anak pada bidang akademik, sosial dan spiritual.
C. Kapan Literasi Mulai Dikembangkan?
Literasi dapat dikenalkan pada anak sejak dini, bahkan dari dalam kandungan. Orang tua
dapat membiasakan diri untuk membacakan buku, menceritakan suatu hal seperti
gambar, dan menceritakan lingkungan sekitarnya. Mengajak anak berkomunikasi (melalui berbicara dan membaca bersama) secara intens sesuai tahap perkembangan usianya
akan membantu anak di tahapan berikutnya.
Sebenarnya tahapan anak usia dini juga menjadi masa transisi baginya yang sangat
menentukan pengembangan literasinya. Pada anak usia dini, literasi erat berkaitan
dengan perkembangan berbahasa. Pada usia 5—6 tahun, usia ini merupakan masa
transisi bagi anak karena dari tahap mengenal kegiatan belajar hingga memasuki jenjang
SD untuk mempelajari kemampuan dasar selanjutnya.
Dibandingkan usia anak sebelumnya, usia 5—6 tahun dianggap cukup matang untuk lebih
mudah belajar berbagai hal melalui panca inderanya (pendengaran, penglihatan,perasa,
peraba, dan penciuman) dalam mengembangkan kemampuan berliterasi. Orang tua
dapat melakukan berbagai stimulasi yang mendukung anak mengembangkan
kemampuan literasi dengan memerhatikan kepekaan indranya melalui kegiatan bermain
yang menyenangkan dan bermakna bagi anak.
Ada beberapa kemampuan literasi yang muncul dan perlu diperhatikan pada anak di usia
5—s6 tahun. Berdasarkan Permendikbud 137 Tahun 2014, ada 3 aspek kemampuan
literasi pada anak usia dini, yaitu sebagai berikut.
1. Memahami Bahasa
• Mengerti beberapa instruksi secara bersamaan
• Mengulang kalimat yang lebih kompleks
• Memahami aturan dalam suatu permainan
• Senang dan menghargai bacaan
2. Mengungkapkan Bahasa
• Menjawab pertanyaan yang lebih kompleks
• Menyebutkan bagian kelompok gambar yang pengucapan bunyinya sama
• Berkomunikasi secara lisan, mengenal simbol-simbol terdapat pada kegiatan
membaca, menulis, dan berhitung, serta memiliki perbendaharaan kata yang
bagus
• Menyusun kalimat sederhana dengan struktur yang lengkap, yang terdiri dari
pokok kalimat, predikat, keterangan
• Memiliki banyak kosa kata yang berguna untuk mengekspresikan ide kepada
orang lain
• Melanjutkan sebagian cerita/dongeng yang telah diperdengarkan
• Menunjukkan pemahaman konsep-konsep dalam buku cerita
3. Keaksaraan
• Menyebutkan simbol-simbol huruf yang dikenal
• Mengenal bunyi dari huruf awal nama benda-benda yang ada di sekitarnya
• Menyebutkan kelompok gambar yang huruf awalannya memiliki bunyi yang sama • Memahami hubungan antara bunyi dan bentuk huruf
• Membaca nama sendiri
• Menuliskan nama sendiri
• Memahami arti kata dalam cerita
D. Strategi Pengembangan Literasi yang Dapat Dilakukan Orang Tua
Untuk memperkenalkan dan mengembangkan literasi pada anak dapat dilakukan dengan
kegiatan bermain yang menyenangkan dan bermakna. Langkah awal yang dapat
dilakukan orang tua di rumah ialah menyediakan atau menciptakan lingkungan ramah
literasi untuk anak, seperti membuatkan ruang khusus untuk memudahkan anak
mengakses bahan bacaan.
Ruang ramah literasi dapat digunakan juga sebagai tempat bermain anak. Sebaiknya
ruang ini tidak hanya berisi buku bacaan, tetapi juga mainan yang dapat menstimulasi
kepekaan anak terhadap simbol, tanda, huruf dan kata, misalnya
• label penanda area/sudut dengan gambar;
• benda-benda yang dapat diperoleh dari lingkungan sekitar, seperti biji-bijian, bunga,
batu, potongan kayu, dan lain sebagainya yang akan ditata dengan menarik;
• pernyataan/pertanyaan pemantik, seperti “Bagaimana menulis angka 2?” “Ayo kita
membuat masakan enak,”dan lain-lain. Kalimat pemantik dapat diubah-ubah
sesuai kebutuhan;
• perlengkapan untuk belajar, seperti kertas, alat tulis, dan buku cerita yang akan
diletakkan di setiap area main anak; serta
• ragam mainan sensori seperti menata benda sesuai ukuran terkecil ke terbesar,
mencocokkan bentuk benda, membedakan warna benda, dan sebagainya.
Kesimpulan
Pengembangan literasi pada anak usia dini dapat dikemas pula melalui kegiatan
menyenangkan, seperti membaca sajak/syair, bermain tepuk, gerak dan lagu, bermain
peran, mencari harta karun (huruf atau kata), dan sebagainya. Pengembangan literasi ini
dapat dilakukan oleh anak dan orang tua dalam kegiatan sehari-hari. Meskipun anak
mungkin memasuki jenjang PAUD/TK di usia 5—6 tahun, orang tua juga dapat
mendukung pengembangan literasinya melalui kegiatan bermakna di rumah./Siti Masriah