Belis atau Jujuran di Nusa Tenggara Timur (NTT)
Di tulis Oleh: Titin Sunarti
Pengertian Belis
Belis adalah istilah yang digunakan di Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk menyebut mas kawin atau jujuran dalam tradisi perkawinan. Belis menjadi bagian penting dalam adat pernikahan, terutama di suku-suku seperti suku Timor, Sumba, Rote, dan Flores. Belis bukan sekadar simbol pemberian, tetapi juga bentuk penghormatan kepada keluarga mempelai perempuan.
Makna dan Fungsi Belis
1. Simbol Penghormatan
Belis merupakan penghargaan kepada keluarga perempuan karena telah melahirkan dan membesarkan anak perempuan yang akan menjadi istri.
2. Mengikat Hubungan Kekerabatan
Pernikahan dalam budaya NTT bukan hanya menyatukan dua individu, tetapi juga dua keluarga besar.
3. Status Sosial dan Prestise
Besarnya belis sering kali menunjukkan status sosial keluarga laki-laki. Semakin tinggi jumlah belis, semakin tinggi pula pengakuan sosial dalam masyarakat.
4. Jaminan dalam Perkawinan
Belis dianggap sebagai bentuk tanggung jawab suami terhadap istrinya, sehingga keluarga perempuan merasa yakin bahwa anak mereka akan diperhatikan dengan baik.
Bentuk-Bentuk Belis
Belis dapat berupa berbagai bentuk sesuai dengan adat setempat, seperti:
Hewan ternak (sapi, kuda, kerbau, atau babi) – Paling umum di NTT, terutama di daerah Timor dan Sumba.
Gading gajah – Merupakan simbol kemewahan dan sering digunakan dalam tradisi suku Sumba.
Kain tenun adat – Melambangkan budaya dan identitas suku.
Perhiasan emas atau perak – Digunakan di beberapa daerah sebagai pelengkap belis.
Uang tunai – Semakin sering digunakan dalam era modern, tetapi tetap disesuaikan dengan adat setempat.
Tantangan dan Kontroversi
Meskipun belis memiliki nilai budaya yang kuat, ada beberapa tantangan dalam praktiknya:
1. Beban Ekonomi
Terkadang, pihak laki-laki kesulitan memenuhi tuntutan belis yang tinggi, sehingga pernikahan tertunda atau bahkan batal.
2. Pernikahan Paksa
Di beberapa kasus, perempuan bisa dipaksa menikah demi mendapatkan belis yang besar bagi keluarganya.
3. Perdagangan Perempuan
Ada kekhawatiran bahwa praktik belis bisa mengarah pada eksploitasi perempuan jika tidak dijalankan dengan bijak.
Adaptasi dalam Era Modern
Dalam perkembangannya, masyarakat NTT mulai menyesuaikan tradisi belis dengan kondisi ekonomi dan sosial saat ini. Banyak keluarga yang lebih fleksibel dalam menentukan jumlah dan bentuk belis agar tidak memberatkan pihak laki-laki. Selain itu, beberapa pasangan juga mulai mengedepankan aspek cinta dan komitmen dibandingkan sekadar nilai material dalam pernikahan.